RSS

Semiotika

Dosen: Bpk. Kurnia Setiawan, S.Sn, M.Hum
Tanggal: Rabu, 2 Maret 2011


Pengertian Semiotik
Semiotika secara etimologis berasal dari bahasa Yunani "semeion" yang artinya tanda atau "seme" yang artinya penafsir tanda. Sehingga semiotika artinya ilmu yang mempelajari tentang sistem tanda. Tanda dapat ditemukan dimana-mana seperti bahasa, lukisan, bangunan, dll. 


Tokoh-tokoh Semiotik
1. Plato (427-347 SM)
Perintis awal semiotika adalah Plato. Menurut Plato, ada perbedaan mendasar antara tanda alami (natural) dan tanda yang disepakati (konvensional) di antara masyarakat tertentu. Contoh: warna merah pada rambu lalu lintas disepakati menjadi tanda untuk berhenti ketika di jalan (tanda yang disepakati) sedangkan awan yang terlihat gelap merupakan tanda akan hujan (tanda alami). 
2. Aristoteles (384-322 SM)
Menurut Aristoteles, semiotik adalah tanda-tanda yang ditulis berupa lambang dari apa yang diucapkan, bunyi yang diucapkan yang merupakan tanda & lambang dari gambaran atau impresi mental. Gambaran atau impresi mental adalah kemiripan dari objek yang sebenarnya dan gambaran mental tentang kejadian atau objek yang sama bagi semua manusia.
3. St. Agustinus (364-430)
Mengembangkan teori tentang signa data (tanda konvensional). Ia mempelajari hubungan antara tanda fisik dan tanda mental. Tanda fisik misalnya pensil, buku, jam, dll. Tanda mental misalnya pemabuk, pembunuh, dll. 
4. William of Ockham, OFM (1285 – 1349) mempertajam studi tanda. Tanda dikategorikan berdasarkan sifatnya. Apakah ia di alam mental dan bersifat pribadi ataukah diucapkan atau ditulis untuk publik.
5. John Locke (1632–1740) melihat eksplorasi tentang tanda akan mengarah pada terbentuknya basis logika baru. Hal ini tertuang dalam karyanya “An Essay Concerning Human Understanding (1690)”

Semiotika modern mempunyai dua orang pelopor, yaitu Ferdinand de Saussure (1857-1913) dari Swiss dan Charles Sanders Peirce (1839-1914) dari Amerika Serikat. Peirce mengusulkan kata semiotika untuk bidang penelaahan ini, sedangkan Saussure memakai kata semiologi. Namun istilah semiotika lebih populer dibandingkan semiologi sehingga para penganut Saussure pun banyak yang menggunakannya. 

Charles Sanders Peirce (1839-1914)
Seorang berkebangsaan Amerika Serikat, Peirce mengembangkan filsafat pragmatisme melalui kajian semiotik. Ia mengembangkan Teori tanda yang dibentuk oleh tiga sisi:
1.Representamen (tanda)
2.Objek (sesuatu yang dirujuk oleh tanda)
3.Interpretant (efek yang ditimbulkan; hasil), ada 3 yaitu immediate interpretant (makna pertama), dynamic interpretant (makna dinamis), final interpretant (makna akhir).





Level representamen:
* Qualisign
Awalan kata quali- berasal dari kata "quality". Qualisign merupakan tanda berdasarkan sifatnya. Misalnya sifat warna merah dapat dipakai tanda untuk menunjukkan cinta, bahaya, atau larangan. 
* Sinsign
Awalan kata sin- berasal dari kata "singular". Sinsign adalah tanda-tanda yang menjadi tanda berdasarkan bentuk atau rupanya di dalam kenyataan. Semua ucapan yang bersifat individual bisa merupakan sinsign. Misalnya suatu jeritan dapat berarti heran, senang, atau kesakitan. Seseorang dapat dikenali dari caranya berjalan, caranya tertawa, nada suara dan caranya berdehem. Kesemuanya itu adalah sinsign. Setiap sinsign mengandung sifat sehingga juga mengandung qualisign. 
* Legisign
Awalan legi- berasal dari kata "lex". Legisign merupakan tanda berdasarkan suatu peraturan yang berlaku umum, suatu konvensi, suatu kode. Semua tanda-tanda bahasa adalah legisign, sebab bahasa adalah kode, setiap legisign mengandung di dalamnya suatu sinsign.

Level objek:
* Ikon
 Hubungan antara tanda dan acuannya dapat berupa hubungan kemiripan, tanda itu disebut ikon. 
* Indeks
Hubungan ini dapat timbul karena ada kedekatan eksistensi. Tanda itu disebut indeks.
* Simbol
Akhirnya hubungan ini dapat pula berbentuk secara konvensional. Tanda itu adalah simbol.


Level interpretant:
Rheme 
Bilamana lambang tersebut interpretannya adalah sebuah first dan makna tanda tersebut masih dapat dikembangkan.
* Dicent Sign
Bilamana antara lambang itu dan intepretannya terdapat hubungan yang benar ada (merupakan secondness).
* Argument
Bilamana suatu tanda dan interpretannya mempunyai sifat yang berlaku umum (merupakan thirdness).



Peirce memperkenalkan sifat dinamisme internal dalam tanda. Interpretant yang tersamar memungkinkan ia menjelma menjadi tanda baru (rantai semiosis).

Peirce membedakan tiga konsep dasar semiotik, yaitu:
Sintaksis mempelajari hubungan antar tanda. Hubungan ini tidak terbatas pada sistem yang sama. Contoh: teks dan gambar dalam wacana iklan merupakan dua sistem tanda yang berlainan, akan tetapi keduanya saling bekerja sama dalam membentuk keutuhan wacana iklan.
Semantik mempelajari hubungan antara tanda, objek, dan interpretannya. Ketiganya membentuk hubungan dalam melakukan proses semiotis. Konsep semiotik ini akan digunakan untuk melihat hubungan tanda-tanda dalam iklan (dalam hal ini tanda non-bahasa) yang mendukung keutuhan wacana.
Pragmatik mempelajari hubungan antara tanda, pemakai tanda, dan pemakaian tanda.


Ferdinand De Saussure (1857-1913)
Semiology pertama kali diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure yang berasal dari Swiss, mengajar sansekerta dan liguistik sejarah. Pendekatan Saussure tentang bahasa berbeda dari pendekatan filolog abad 19, dia mengkaji linguistik secara sinkronik, bukan diakronik. Catatan diterbitkan dalam buku oleh muridnya ”Cours de Liguistique Generale”. Saussure mendefinsikan tanda liguistik sebagai entitas dua sisi (dyad). Sisi pertama disebut penanda (signifier); Sisi kedua adalah petanda (signified).




• Penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna”. Penanda adalah aspek material dari bahasa yaitu apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca (spoken words, written words).
• Petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep. Jadi, petanda adalah aspek mental dari bahasa (the concept that the signifier stands for).
• Tanda liguistik (antara penanda dan petanda) bersifat arbitrer.
Konsep tantang anjing tidak harus dibangkitkan oleh penanda dalam bentuk bunyi a/n/j/i/n/g; karena bagi orang Inggris pengertian anjing diperoleh melalui kata “dog”.
• Terhubungnya sebuah penanda dan petanda hanya dapat dimungkinkan oleh bekerjanya sistem relasi atas kesepakatan (konvensi).
• Tanda dapat bekerja karena ada difference, artinya dia dapat dibedakan dengan tanda – tanda lainnya.
• Fenomena bahasa dibentuk oleh dua faktor; parole–ekspresi kebahasaan dan langue–sistem pembedaan di antara tanda–tanda. Struktur konsepsi dasar tentang langue berkaitan dengan kombinasi dan substitusi elemen–elemen bahasa (hubungan paradigmatik-sintagmatik.


Roland Barthes (1915 - 1980)
Berpandangan bahwa sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. Tulisan – tulisan pada majalah Prancis “Les Letters Nouvelles”, membahas ‘mitologi’ bulan ini. Menunjukan bagaimana aspek denotatif tanda–tanda dalam budaya pop yang menyingkap konotatif (mitos–mitos) yang dibangkitkan oleh sistem tanda yang lebih luas yang membentuk masyarakat.

Semiologi Barthes, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Salah satu wilayah penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca (the reader).
“Mitos–mitos yang menyelimuti hidup kita bekerja sedemikian halus, justru karena mereka terkesan benar – benar alami. Dibutuhkan sebuah analisis mendalam, seperti yang dilakukan oleh semiotika.”

Barthes mengulas apa yang sering disebutnya sebagai sistem pemaknaan tataran ke-dua, yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya.Sistem ke-dua ini oleh Barthes disebut dengan konotatif, berbeda dari denotative atau sistem pemaknaan tataran pertama. Denotasi lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna. Konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai ‘mitos’ dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu.
The Rhetoric of the Image (1964)
* Pesan linguistik
* Pesan ikonik yang terkodekan >> konotasi dalam foto
* Pesan ikonik tidak terkodekan >> denotasi dalam iklan

Umberto Eco
Merupakan orang dari Italia yang mempelajari bahwa tanda dapat digunakan untuk menyatakan kebenaran sekaligus juga untuk mengatakan kebohongan. Eco ingin memusatkan perhatian pada modifikasi sistem tanda. Ia kemudian mengubah konsep tanda menjadi konsep fungsi tanda. Eco menarik kesimpulan bahwa satu tanda pertemuan bagi unsusr-unsur independen yang berasal dari dua sistem yang berbeda dua tingkat yang berbeda yaitu ungkapan dan isi, dan bertemu atas dasar ungkapan pengkodean. Tanpa kode, suara-suara atau grafis tidak memiliki arti apapun, dan dalam pengertian yang paling radikal tidak berfungsi secara linguistik.

Source:

0 comments:

Post a Comment

 
Free Website templateswww.seodesign.usFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesAgence Web MarocMusic Videos OnlineFree Wordpress Themes Templatesfreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree Web Templates